Wednesday, July 26, 2017

Di Brebes ini Siswi SMP Sekolah Berseragam SD dan Sandal Jepit

Siswi SMP di Brebes ini Sekolah Berseragam SD dan Sandal Jepit


Siswi SMP di Brebes ini Sekolah Berseragam SD dan Sandal Jepit
Siti Rohaniyah, siswi miskin dari Brebes. (Foto: Imam Suripto/detikcom)


Brebes - Program bantuan Pemerintah bagi siswa tidak mampu ternyata belum menjangkau ke semua warga miskin. Di Kabupaten Brebes, Jateng, seorang pelajar SMP terpaksa mengenakan seragam SD dan sandal jepit karena tidak mampu seragam dan sepatu. Itupun dipakai bergiliran dengan adiknya yang masih sekolah SD.

Namanya Siti Rohaniyah (12 tahun), pelajar SMP Maarif Luwung Ragi, Kecamatan Bulakamba, Brebes. Sejak masuk sekolah di SMP itu, Siti mengenakan baju putih yang mulai lusuh dan bawahan merah hati, seragam saat dia masih duduk di bangku SD.

Tak cuma itu, dia juga tak memiliki sepatu. Dia harus bergantian dengan adiknya untuk memakai sepasang sepatu. Jika saat sepatu giliran dipakai adiknya maka dia harus ke sekolah mengenakan sandal jepit.

Impiannya mengenakan seragam baru saat tahun ajaran baru harus dikubur dalam-dalam karena kondisi ekonomi keluarga. Meski sedikit minder, namun Siti Rohaniyah tetap berangkat sekolah dan berusaha membaur dengan teman-temannya.

Meski serba kekurangan, anak ketiga pasangan Suharto dan Royati ini tetap merasa senang karena bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurutnya, impiannya melanjutkan sekolah bisa tercapai berkat jasa baik SMP Maarif yang akan menggratiskan biaya sekolah.

"Tadinya saya dan keluarga sudah pasrah karena tidak ada biaya buat sekolah, terus saya sangat ingin sekolah lagi ke SMP. Alhamdulilah kesampaian bisa sekolah lagi," aku Siti Rohaniyah saat ditemui di sekolahnya, Rabu (26/7/2017).



Dengan kondisi itu, Siti bisa mengikuti pelajaran. Namun dia belum bisa mengikuti kegiatan olahraga, karena tidak memiliki kaos seragam olahraga. Saat pelajaran olahraga berlangsung, gadis kecil ini hanya duduk sambil memperhatikan teman-temannya di lapangan.

Suharto, sang ayah, tak kalah sedihnya. Meskipun senang anaknya digratiskan dari biaya sehingga bisa sekolah, namun sebagai orang tua dia tetap juga memikirkan tentang seragam sekolah anaknya.

Menurut Suharto, seragam yang dipakai itu kadang milik adiknya yang masih SD. Sedangkan sepatu milik Siti Rohaniyah kondisinya sudah rusak parah dan tidak bisa diperbaiki.

"Sepatu bergantian sama adiknya. Jadi kalau pas hari ini, Rohaniyah tidak pakai sepatu berarti sedang dipakai adik," kata Suharto.

Selain sepatu, tas sekolah juga harus bergantian pakai dengan adiknya. Makanya tidak jarang kakak beradik ini sering bertengkar memperebutkan tas dan sepatu.

Suharto mengaku sering merasa iba dengan kondisi anak-anaknya ini. Namun apa daya, pendapatan sebagai penarik becak hanya berkisar Rp 10.000 hingga 20.000 sehari. Uang dari hasil mengayuh becak ini hanya bisa buat makan seadanya.

"Dulu istri saya (Royati) sering bantu dengan kerja sebagai buruh petik bawang merah. Tapi belakangan sering sakit jadi berhenti total," lanjut Suharto.

Kepala SMP Maarif Luwung Ragi, Ulul Abshor, memaparkan Siti Rohaniyah memiliki semangat untuk belajar. Ketika Suharto datang ke sekolah menjelaskan keinginan Siti, akhirnya pihak sekolah bersedia menerima Siti tanpa dipungut biaya.

"Selama ini, sekolah kami berkomitmen membebaskan semua biaya bagi anak yatim piatu dan siswa dari keluarga miskin. Soal seragam, tas dan sepatu untuk Siti, sekolah akan mengusahakannya sesuai kemampuan," ujar Ulul Abshor.
(mbr/mbr)

No comments:

Post a Comment